Jakarta, 19 Mei 2025 — Dalam beberapa minggu terakhir, masyarakat Indonesia ramai membicarakan aplikasi World ID, sebuah platform identitas global berbasis pemindaian retina mata yang dikembangkan oleh Worldcoin—startup besutan Sam Altman, pendiri OpenAI. Meskipun digadang-gadang sebagai sistem verifikasi digital masa depan, World ID justru memicu kontroversi di Indonesia. Pemerintah, melalui DPR RI dan Kominfo, menanggapi dengan serius dan mempertimbangkan pelarangan aplikasi tersebut karena kekhawatiran soal privasi data dan kedaulatan digital.
Di tengah polemik ini, muncul sebuah solusi yang justru lahir dari dalam negeri—SpeedID, sebuah platform digital yang tidak hanya menawarkan teknologi Face Recognition (Pengenalan Wajah), tapi juga memiliki tujuan besar: membangun infrastruktur sosial Indonesia berbasis data dan teknologi.
SpeedID: Teknologi Anak Bangsa untuk Pelayanan Publik yang Lebih Cerdas dan Manusiawi
Tidak seperti World ID yang berfokus pada sistem tokenisasi dan keuangan digital global, SpeedID lahir dari kebutuhan konkret di Indonesia—bagaimana menghadirkan layanan publik yang lebih adil, cepat, dan tepat sasaran. SpeedID dikembangkan oleh anak bangsa dan telah digunakan di berbagai daerah di Indonesia sebagai bagian dari sistem Smart City dan GovTech.
Salah satu keunggulan SpeedID adalah pengenalan wajah yang tidak diambil untuk tujuan komersial, melainkan sebagai verifikasi identitas untuk mendukung pelayanan publik, seperti:
- Pemutakhiran data warga (identitas, KK, lokasi rumah, foto rumah, dll)
- Pemetaan sosial-ekonomi masyarakat (pendapatan, demografi)
- Akses layanan darurat dan sosial
- Dasar pengambilan kebijakan berbasis data real-time
Dengan dukungan teknologi AI, LLM, dan RAG, SpeedID berpotensi mempercepat program-program seperti pengentasan kemiskinan, distribusi bantuan sosial, pelayanan kesehatan, hingga perencanaan pembangunan desa dan kota.
SpeedID Dorong Gerakan Nasional: “Wajah untuk Masa Depan”
Saat ini, SpeedID berinisiatif menjalankan sebuah program khusus “Wajah untuk Masa Depan”. Kampanye ini mendorong masyarakat untuk secara sukarela melakukan pindai wajah dan melengkapi profil sosial mereka demi membantu negara memetakan kebutuhan dan menghadirkan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy).
Putu Sudiarta, CEO SpeedID, bahkan turut mengajak masyarakat:
“Mari bergabung. Scan wajah Anda melalui SpeedID, lengkapi profil sosial, dan jadilah bagian dari gerakan nasional membangun infrastruktur sosial digital Indonesia.”
Kedaulatan Digital dan Manfaat Nyata
Di saat data menjadi “emas baru”, kehadiran teknologi seperti World ID bisa menjadi pisau bermata dua. Sebaliknya, SpeedID dirancang untuk memberikan manfaat langsung bagi masyarakat dan negara, sekaligus melindungi kedaulatan data Indonesia. Karena didesain untuk berbasis Kabupaten/Kota, maka seluruh data berada dalam kontrol pemerintah dan diproses sesuai prinsip etika digital dan perlindungan data pribadi.
Kesimpulan: Teknologi Boleh Canggih, Tapi Harus Berpihak
Indonesia tidak kekurangan talenta dan inovasi. Saatnya kita berpaling dari ketergantungan pada aplikasi luar negeri dan memperkuat solusi lokal seperti SpeedID. Bukan sekadar aplikasi, tapi sebuah gerakan kolektif untuk masa depan yang adil dan inklusif, berbasis teknologi, data, dan partisipasi warga.
Karena wajah Anda bukan hanya identitas. Tapi kunci masa depan bangsa. MERDEKA !
